Alhamdulillah ketemu sama Matoa lagi, setelah setahun berlalu. Berarti ini buah musiman dong. Kali ini harganya lumayan murah 10 rb/ 500 gr. Tahun kemaren dapat 6 rb/ 250 gr.
Begitu sampai d rumah langsung di makan, subhanallah...kalo tahun lalu rasanya masih gimanaaaaaaaaaa gitu, sekarang jadi enak, pengen lagi dan lagi.
Beberapa hari kemudia qadharullah si sulung sakit, dan minta dibelikan buah matoa lagi. Oke.... mama carikan....semoga ada. Dan.....alhamdulillah ternyata masih ada yang jual, kali ini beli 1 kg. Pas mau nyari lagi.... eh sudah ngga ada yang jual......duuuuh penonton kecewaaaa.
Berikut ini sesuah artikel tentang Matoa yang diambil dari website BPTP Papua Barat
Begitu sampai d rumah langsung di makan, subhanallah...kalo tahun lalu rasanya masih gimanaaaaaaaaaa gitu, sekarang jadi enak, pengen lagi dan lagi.
Beberapa hari kemudia qadharullah si sulung sakit, dan minta dibelikan buah matoa lagi. Oke.... mama carikan....semoga ada. Dan.....alhamdulillah ternyata masih ada yang jual, kali ini beli 1 kg. Pas mau nyari lagi.... eh sudah ngga ada yang jual......duuuuh penonton kecewaaaa.
Berikut ini sesuah artikel tentang Matoa yang diambil dari website BPTP Papua Barat
Mengenal Buah Matoa Lebih Dekat
Matoa (Pometia pinnata) merupakan tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian.
Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun).
Di Papua dikenal 2 (dua) jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal dan nglotok seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Dilihat dari jenis warna buahnya, baik Matoa Kelapa mapun Matoa Papeda dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu matoa merah, kuning, dan hijau. Ciri pembeda tersebut sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
Jenis | Parameter Pembeda | ||
Warna Kulit Buah | Daun | Warna Bunga | |
Matoa Hijau | Hijau | Lebar, tebal, hijau tua | Coklat |
Matoa Kuning | Kuning | Memanjang, kurang tebal, hijau muda | Kuning |
Matoa Merah | Merah | Agak bulat/oval, tipis, hijau kekuningan | Coklat |
Buah matoa dapat dikonsumsi segar. Cita rasa buah ini sangat khas seperti rasa rambutan bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian. Karena rasa dan aroma yang dikandungnya membuat matoa memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat Papua. Harga jual rata-rata mencapai Rp. 20.000/kg bahkan sering lebih dan tidak pernah murah, buah ini banyak dipesan peminat di luar Papua sebagai oleh-oleh. Bila sedang musim buah matoa banyak dijual di pasar-pasar, pedagang kaki lima, maupun dijual di tepi jalan. Buah matoa mempunyai kulit buah relatif tebal dan keras sehingga dapat tahan lama jika disimpan yaitu bisa disimpan hingga 1 minggu tanpa perlakuan pengawetan dan jika disimpan dalam suhu 5-10oC buah matoa dapat dipertahankan hingga 20 hari. Tanaman matoa dapat diperbanyak dengan menggunakan biji, cangkok, stek maupun sambung. Pada perbanyakan dengan biji sebaiknya terlebih dahulu disemaikan dalam polybag dan jika sudah cukup kuat dapat dilakukan pemindahan ke lapangan/kebun. Jarak tanam yang umum adalah 8 sampai 12 meter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar